Kisah Kusir Dokar Tua dan Mbah Abdullah Zein Salam Kajen
Oleh Fattah Alhajainy
BECIK.ID—PADA suatu hari, Mbah Abdullah Zein Salam (Mbah Dulah) Kajen Pati diminta ngisi pengajian habis jumatan di desa Margoyoso—sekira jarak 3 km ke utara dari Kajen. Biasanya beliau menyewa dokar untuk mengantar ke tempat pengajian.
Selesai menyampaikan pengajian, Mbah Dulah pamit dan saat itu panitia memberi amplop kepada beliau seraya mengatakan; “Mbah, ini ongkos untuk naik dokar.”
Jarang-jarang Mbah Dulah menerima amplop dari ceramah pengajian. Namun saat itu panitia dengan bahasa kinayah memberikan bisyaroh kepada Mbah Dulah dan beliau menerimanya.
Setelah naik dokar, Mbah Dulah memberikan amplop itu kepada tukang kusir dokar yang bernama Pak Gampang.
Kontan saja Pak Gampang heran seraya mengatakan: “Kok amplopnya tebal Mbah? Terlalu banyak buat saya.”
“Betul itu buat sampeyan. Tadi panitia bilang, ini untuk ongkos naik dokar,” Mbah Dulah menjawab.
Hikmah
Mbah Dulah begitu wirai dan menghindari syubhat. Beliau tidak berkenan menerima bisyaroh dari panitia meskipun itu haknya, hanya karena panitia ketika menyerahkan menggunakan bahasa kinayah. Jarang sekali sekarang kita mendapati sosok alim, hafidz dan wirai seperti beliau di zaman ini. (*)