Kisah Pemuda Penggali Kubur di Zaman Nabi Muhammad yang Menyetubuhi Jenazah Gadis Ansar di Dalam Kubur
BECIK.ID—AL-FAQIH Abul-Laits menceritakan dengan sanadnya, dia berkata, “Umar ra. pernah datang kepada Rasulullah saw. dengan menangis. Bersabdalah wahai Rasulullah, di pintu ada seorang pemuda yang meruntuhkan hatiku, dia sedang menangis.”
Bersabda Rasulullah kepadanya, “Masukkanlah dia, hai Umar.”
Berkata Abul-Laits, “Lalu masuklah pemuda itu sembari menangis.”
Bersabda Rasulullah kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis, hai pemuda?”
Dia berkata, “Ya Rasulullah, aku menangisi dosa-dosaku yang banyak. Aku takut kepada Tuhan Yang Maha Perkasa Yang Maha Murka kepadaku.”
Rasulullah bersabda, “Adakah engkau menyekutukan sesuatu dengan Allah?”
Dia berkata, “Tidak.”
Beliau bersabda, “Adakah engkau membunuh jiwa tanpa hak?”
Dia berkata, “Tidak.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosamu, walau sejumlah langit yang tujuh, bumi dan gunung.”
Dia berkata, “Ya Rasulullah, dosaku lebih besar dari semua itu.”
Beliau bersabda, “Dosamukah atau Kursi yang lebih besar?”
Dia berkata, “Dosakulah yang lebih besar, Ya Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Dosamulah yang lebih besar atau Arasy?”
Dia berkata, “Dosaku yang lebih besar.”
Bersabda beliau, “Dosamukah yang lebih besar atau Tuhanmu, yakni ampunan Allah?”
Dia berkata, “Tentu Allah yang lebih besar dan lebih agung.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa besar kecuali Tuhan Yang Maha Besar.” Yakni besar ampunan-Nya.
Kemudian bersabda Rasulullah, “Coba ceritakanlah padaku tentang dosamu itu.”
Dia berkata, “Sesungguhnya aku malu kepadamu, Ya Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Kamu harus menceritakan padaku.”
Dia berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku selalu menggali kuburan sejak tujuh tahun. Pada suatu saat ada seorang perempuan muda dari anak-anak sahabat Anshar, aku menggali kuburnya dan mengambil kain kafannya. Kemudian aku pergi, tetapi belum jauh dari sana setan menguasaiku. Akhirnya aku kembali dan menyetubuhinya. Ketika aku berlalu belum jauh, tiba-tiba perempuan muda itu berdiri dan berkata, ‘Celakalah kamu hai pemuda, tidakkah kamu malu kepada Tuhan yang melaksanakan hukum pembalasan? Dia akan mengambil ajal dari orang yang menganiaya untuk orang yang dianiaya. Engkau telah membiarkan aku telanjang junub dalam asrama orang-orang mati.’”
Melompatlah Rasulullah dan mendorong tengkuk pemuda itu. Beliau bersabda, “Hai fasik, betapa besarnya keinginanmu ke neraka. Enyahlah!”
Keluarlah pemuda itu dengan tobat kepada Allah selama empat puluh malam. Ketika telah sempurna empat puluh malam itu padanya, dia mengangkat kepalanya ke langit dan berdoa, “Ya Tuhan, Muhammad, Adam dan Ibrahim. Kalau engkau mengampuni aku maka beritahukanlah Muhammad dan sahabat-sahabatnya, kalau tidak utuslah api dari langit. Lalu bakarlah aku dengan api itu dan selamatkan aku dari siksa akhirat.”
Abul-Laits berkata, “Maka turunlah Jibril kepada Nabi Muhammad dan berkata, ‘Ya Muhammad, Tuhanmu memberi salam kepadamu dan berfirman kepadamu, ‘Engkaukah yang menciptakan makhluk?’
Beliau Nabi menjawab, “Tentu Dia yang telah menciptakan aku dan menciptakan mereka, memberi rezeki aku dan mereka.”
Allah berfirman kepadamu, “Sesungguhnya Aku menerima tobat pada pemuda dahulu itu.”
Rasulullah kemudian memanggil pemuda itu dan mengabarkan berita gembira bahwa sesungguhnya Allah Swt. menerima tobatnya. (*)
Sumber kisah: Kitab Mukasyafatul Qulub, Bab 17 tentang ‘Amanat dan Tobat’, Imam Ghazali.