Manusia Dicipta Abadi

Manusia Dicipta Abadi - becik.id

Manusia Dicipta Abadi

Oleh Eko Sam

BECIK.ID—JIKA Allah menghendaki hamba-Nya menjadi baik, maka Dia menunjukkan kekeliruan-kekeliruannya, menyematkan penyesalan di dalam hatinya, kemudian si hamba mengevaluasi segala macam tindakan ‘yang akan’ dan ‘telah’ dilakukannya; apakah sesuai aturan syariat, hakikat atau justru menyimpang dari keduanya.

Jika si hamba mendapati tindakan lahir atau batinnya telah sesuai aturan, ia lantas bersyukur dengan beragam pujian agung ke hadirat Yang Kuasa. Namun jika ternyata yang ia dapati sebaliknya, ia segera mencela diri dan mengutuk kerapuhan yang bersemayam di sekujur jiwa raganya lantas mencoba sekali lagi dan sekali lagi untuk menjalankan ketaatan atas bimbingan daya upaya dari Yang Kuasa. Ia menyadari bahwa segala upaya adalah milik Yang Kuasa, baik buruknya.

Ada sebuah kisah seorang alim yang di-nash masuk neraka. Kemudian malaikat berbisik kepadanya bahwa meskipun ia tekun dan semakin rajin menghamba kepada Allah Yang Esa, tetaplah, ia masuk neraka dan ditimpa siksa. Si alim pun menimpali dengan cucuran air mata, tidak apa-apa saya masuk neraka jika itu yang membuat Allah rida kepada saya. Maka apa endingnya? Nash masuk neraka dihapus oleh Yang Kuasa dan ia jadi ahli surga dan bahagia abadi di dalamnya.

Pernah pula Nabi Musa mendebat Nabi Adam hingga menyudutkannya lantaran kepayahan yang menimpa anak Adam di dunia berkat kesalahan Nabi Adam menerjang pantangan di surga. Dan Nabi Adam berkilah jika ketetapan Allah telah jauh hari diputuskan sebelum ia diciptakan, dan Kanjeng Nabi Muhammad saw. ada di kubu Nabi Adam.

Jadi, jika seseorang merasa telah melakukan ketaatan dan merasa jemawa bahwa dengan ketaatan tersebut bisa jadi wasilah masuk surga, hey… tunggu dulu. Tidak ada jaminan kebaikan saat nyawa masih di kandung badan bisa melenggang enjoy masuk surga. Yang ada adalah kondisi husnul khatimah saat jasad dan ruh berpisah; jasad jadi tanah dan ruh abadi—yang entah melayang-layang penasaran di langit dunia, party di bawah Arsy atau merintih di pojokan tong sampah dan dijadikan camilan belatung.

Manusia diciptakan Allah dari tidak ada, kemudian ada dan lantas abadi; meski jasad remuk dihantam gada dan lumat disantap cacing. Abadinya manusia terletak pada ruhnya, ia disiksa atau dimanja-manja. Dan fananya manusia terletak pada jasadnya; berawal dari rayuan manis kemudian melebur dari cairan amis lantas maujud dengan nelangsa dan menangis.

Dengan hanya satu kesalahan yang dilakukan Bapak Adam ia diusir dari surga dan dengan jutaan kesalahan anak Adam berharap masuk surga: pantaskah? Masing-masing nurani yang diberkahi memiliki jawaban tersendiri. Yang jelas, Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun.

Ada satu kisah di zaman Nabi, seorang pemuda penggali kubur yang tergoda dengan jenazah gadis kaum Anshar. Setelah dimakamkan si pemuda menggali kubur dan menyetubuhinya. Setelahnya, jenazah gadis itu (atas izin Allah) bangkit dan mengutuk perbuatan si pemuda penggali kubur karena ia telah dijunubi. Si pemuda kemudian sowan kepada Nabi dengan deraian tangis yang menjadi-jadi. Setelah dipaksa untuk bercerita, maka Nabi murka dan mengusir si pemuda dengan kata, “ENYAHLAH!”

Si pemuda pulang ke rumah dengan nasib lusuh lantas bersungguh-sungguh tobat kepada Allah selama 40 hari. Dan akhirnya Allah mengampuni dan Nabi memanggil pemuda tersebut untuk menyampaikan kabar gembira perihal pertobatannya yang diterima.

Percayalah, dunia adalah gudangnya tipu daya. Segala macam terhampar luas di atasnya. Pasti, setiap pemuda umumnya mendambakan hidup sejahtera dengan tunggangan istimewa juga pasangan hidup yang jelita layaknya Tugba. Namun apa faktanya? Impian itu hanya secuil orang yang mampu meraihnya dan sisanya jadi angan-angan muluk belaka.

Maka itu, yakinilah jika di dunia ini adalah tempatnya fitnah dan ujian. Dan fitnah terbesar bagi seorang pria (tidak memandang usia; muda, tua, sama saja) adalah wanita—yang memesona. Dan ujian seorang pria adalah di saat fasilitas tersedia atau terimpit dalam keadaan miskin papa: apakah ia bisa bersyukur dengan menjalankan ketaatan atau bersabar seraya menunaikan kewajiban.

Jadi, jika ada anak Adam yang masih ragu dan merasa dia dicipta tidak abadi, ia keliru. Sekali lagi, jasad memang tidak abadi tapi ruh dicipta abadi. Begitupun dengan kemaksiatan atau ketaatan. Keduanya dibalas setimpal oleh Yang Maha Kuasa kepada pelakunya, entah berupa surga atau neraka, nikmat atau siksa; kita hanya bisa memohon dan merengek-rengek agar dikuatkan menjalankan peran dari skenario terbaik yang telah disetting Tuhan. (*)


EKO SAM, founder becik.id Penulis buku Sabda Malaikat, 2019 dan Ngaji Ngopi: Ngrembuk Lakon Urip — Sebuah Laku Kecil Seorang Santri, 2023


Exit mobile version