Pulanglah Duhai Anak yang Hilang dan Tersesat
Oleh Eko Sam
BECIK.ID—PULANGLAH duhai anak yang hilang dan tersesat. Pulanglah ke hadirat Tuhanmu dengan segera menyertakan sepenuh jiwa ragamu. Pengembaraan pencarian bahagiamu selama ini semu. Kebendaan yang kau cari tak abadi. Ketenangan yang hendak kau rengkuh ada dalam rumahmu, dalam hatimu.
Pulanglah duhai anak yang hilang dan tersesat. Apa manfaatnya mulutmu berbusa canda-tawa hingga gaungnya lebih panjang ketimbang amal ibadahnya. Apa gunanya matamu mengembara dan buta pada gemerlap dunia. Diamlah. Heningkan mulutmu, serentak dengan hatimu. Pejamkan matamu dan lihatlah cakrawala semesta dengan mata batinmu. Hal itu, jauh lebih mulia ketimbang bahagia yang berbusa-busa dan kegaduhan semarak di dada.
Hangati hatimu dengan Asma Ilahi. Basahi lisanmu dengan kesegaran dahaga Asma Yang Mulia. Gerakkan semua anggota tubuhmu sesuai irama yang diridai. Setelah itu, berlapar-laparlah. Tidakkah kau tahu jika cara pertama yang dilakukan para wali Allah di muka bumi ini agar bisa dekat dengan-Nya adalah dengan lapar? Lapar yang dilakukan sesuai syariat.
Lupakah engkau duhai anak yang hilang dan tersesat? Para wali zaman dulu ada yang berlapar-lapar mulai sehari, tiga hari, lima hari, sepuluh hari, lima belas, tiga puluh, tujuh puluh, bahkan lebih. Mereka hanya berbuka menu sedikit atau cukup mencecap air—guna berbuka puasa sebagai batas waktu puasa sesuai aturan agama; sebelum terbit fajar sampai matahari sembunyi.
Latihlah lambungmu untuk mengurangi jatah porsinya. Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sisanya untuk udara. Tidakkah kau ingat Sabda Baginda Nabi bahwa lambung yang diisi makan lebih dari sekali sehari itu termasuk berlebihan? Bahkan, para sahabat Nabi banyak yang makan hanya tujuh suapan, itu pun dengan tiga jari dan dikunyah tiga puluh tiga kali. Atau pula cukup dengan 15 butir kurma dibagi tiga seperti yang dilakukan Abu Hurairah untuk buka puasa, sahur dan buka puasa lagi. Juga ada wali Allah yang melakukan riyadhah untuk tidak langsung minum setelah makan dan menundanya sekira tiga puluh menit.
Di satu hikayat yang lain, banyak sekali wali Allah yang menghindari minum minuman dingin. Dalihnya, hati yang penuh dengan zikir kepada Allah berubah menjadi hangat (bahkan panas membara karena rindu Allah) dan jika kehangatan itu disiram dengar air dingin, lenyaplah rindu.
“Riyadhah yang sering dijalankan para wali Allah adalah L.U.D.Ter—Lapar, Uzlah, Diam, Terjaga di malam hari untuk menjalankan ketaatan.”
Eko Sam
Jika lapar telah kau jaga sepenuhnya, hanya makan secukupnya, sekadar untuk menguatkan tenaga, menegakkan punggung, maka kau harus menapaki langkah selanjutnya; uzlah, diam, terjaga di malam hari. Ringkasnya; L.U.D.Ter. Lapar yang kau jaga, insya Allah jadi benteng bagimu meredam gejolak nafsu yang semayam dalam tubuhmu. Tentu kau ingat, sampai hayat masih dikandung badan, nafsu akan tinggal di situ dan mustahil bisa engkau musnahkan, hanya bisa kau redam amarahnya agar santun dan nurut kepadamu. Dan musuh berat bagi umat manusia adalah iblis, hawa nafsu dan dunia. Dan wanita, sungguh, berhiaskan tipu daya—pun sebaliknya?.
Dorongan nafsu bagi anak Adam yang masih bernyawa memang begitu dahsyat. Dan ini tidak memandang bulu, pria dan wanita sama saja. Bahkan Nabi bersabda, lebih kurang seperti ini, “Wanita tidak bakal puas dengan pria. Seperti bumi yang tak pernah puas dengan hujan.” Meski demikian, malu yang dimiliki wanita jauh lebih tinggi, oleh karenanya para wanita kuasa menahan diri—meski dalam hal pakaian dan hiasan wanita sering gelap mata.
Hal yang jadi fitrah wanita justru berbanding terbalik dengan pria. Pria kodratnya hanya memiliki sedikit nafsu dan kontrol yang lemah. Hingga saja, ada salah satu wali Allah ketika mendapat dorongan nafsu yang menyembul di antara dua pahanya, ia segera masuk kamar mandi dengan membawa pisau untuk mengebiri tapi tidak jadi. Karena, saat ia hendak melakukan eksekusi, seketika terdengar suara tanpa rupa yang berseru, “Jika kau potong kemaluanmu, Aku bersumpah, akan mengisi setiap satu bulumu dengan dorongan nafsu yang kau derita selama ini.”
Maka itu, segera pulanglah ke jalan yang lempang duhai anak yang hilang. Ke jalan yang diridai sesuai anjuran syariat. Teruslah dalam rute itu meski di tengah jalan kau menemukan banyak lubang dan kerusakan-kerusakan jalan yang beragam. Jika kau hendak pulang dengan jalan kaki, kau akan lama sampai. Jika kau hendak pulang dengan berkendara, tentu kau perlu cawis segala sesuatunya. Hati-hatilah di jalan dan jangan tergesa-gesa. Ingat, gegabah (tergesa-gesa) adalah sifat iblis dan kau makhluk mulia dibanding yang lainnya.
Tenangkan seluruh jiwa dan ragamu saat di perjalanan, agar engkau sampai di rumah dengan selamat, tidak tersesat, tidak kecelakaan dan hanya melewati kendala yang tidak begitu berarti. Dan ingat, sejatinya ini bukan perjalanan pulang ke rumah yang engkau tinggali saat ini, tapi nanti, setelah mati. (*)
EKO SAM, founder becik.id Penulis buku Sabda Malaikat, 2019 dan Ngaji Ngopi: Ngrembuk Lakon Urip — Sebuah Laku Kecil Seorang Santri, 2023