Selamat Jalan Kyal Sin
BECIK.ID—DI FACEBOOK hari ini sedang ramai pemberitaan seorang gadis muda Myanmar, Deng Xia Ji – Kyal Sin, yang meninggal secara heroik saat demonstrasi. Becik.id coba menelusuri sumber tersebut dan baru mentok pada sumber kedua di akun Facebook Tri Agus Susanto Siswowiharjo. Hingga tulisan ini ditayangkan, postingan FB yang dibagikan tiga jam lalu itu telah dibagikan 299 kali, like 471 dan komen 90. Berikut isinya …
Pagi ini sa baca berita tentang ini. Tentang Kyal Sin, kisah hebat dari perempuan yang paling gagah berani di balik kudeta militer di Myanmar saat ini. Terima kasih Nerop. Selamat jalan. Noth (emoji menangis).
Perempuan muda heroik itu bernama Kyal Sin. Usianya baru 19 tahun, usia yang tengah mekar-mekarnya. Dia seorang anak tunggal, yang diharapkan orang tuanya agar kelak menjadi sosok yang mandiri.
Di Myanmar, dia memilih bergabung dengan barisan demonstran. Nalurinya terpanggil untuk berbuat sesuatu bagi negerinya. Dia tidak berniat untuk sekadar gagah-gagahan lalu berpose alay atau bikin postingan tiktok tentang aksi.
Dia memang mempersiapkan semua kemungkinan terburuk. Dia memakai kaos hitam bertuliskan “Everything will be okay.” Dia juga mengantongi pengenal, yang di belakangnya ada informasi golongan darah, jika kelak dia tertembak dan butuh transfusi.

Dia memang tertembak. Saat aparat menembakkan gas air mata, dia menerobos asap gas untuk membuka keran air yang dipakai para demonstran untuk membasuh mata yang perih. Saat itulah, sebutir peluru bundar menembus kepalanya.
Orang-orang merubung. Semua merinding. Di tanda pengenalnya, dia telah menulis pesan kematian. “Jika saya terluka dan tak dapat kembali ke kondisi yang baik, tolong jangan selamatkan saya. Saya akan memberikan bagian tubuh saya yang berguna pada seseorang yang membutuhkannya.”
Di negeri itu, sudah ada 40 orang demonstran yang tewas demi melawan rezim militer. Para aktivis Myanmar menampilkan perlawanan dengan cara yang mengagumkan. Mereka menggunakan semua kanal media. Mereka terjun ke jalan-jalan dan menjadi perisai bagi para demonstran.

Melihat potret gadis muda yang ditangisi banyak orang itu, saya terkenang puisi Toto Sudarto Bachtiar tentang anak muda yang tewas di Surabaya, pada 10 November.
“Hari itu hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda” ***
Copas dari dinding kawan.