Sepilihan Puisi: Prof. Faruk Tripoli
bila daun jatuh
ia tak mungkin hidup lagi
hanya membusuk di tanah
hitam bagai bayang
dari daun yang lain
kenariku selalu bingung
jika lampu menyala
pada saat ia harus terpejam
seperti juga kelawar
yang tersesat saat siang
“ini soal batas, kawan,”
katanya padaku satu waktu.
“begitu matahari terbenam,
aku harus membuka pintu
bagi kehidupan yang baru.
tentu saja yang bukan milikku.
bertahan hidup di alam lain
sama sekali tidak nyaman.”
setelah sedikit tersengat
aku langsung kembali ke rumah
menutup pintu, menyalakan lampu
sambil chatting, membaca buku
dan sesekali menyimak berita
tentang korona yang tersesat
sampai pagi, sampai pagi
di batang pohon itu aku berenang
tak kuduga ada sesuatu yang hanyut
menimbulkan aroma busuk
dengan ular-ular menggeliat
dengan lidah menjulur
menyemburkan racun
ke tubuh hukum
di dalam wabah
cinta terasa menggetarkan
menembus maut sampai dalam
beberapa kata lewat
kata-kata lain hilang jejak
ada juga yang tinggal sesaat
dalam perut rayap
di rotterdam aku berdiri
menahan gulungan adab
dengan ribuan kapal di pundak
mandi rempah dan darah
di pelabuhan itu aku membisu
tertambat dalam kenang
tentang rawa, tanah basah
jejak yang begitu cepat membekas
begitu lekas terbenam dan luluh
larut dalam genang
aku tahu, aku tak mungkin kembali
karena masa lalu pasang dan surut
seperti kapal api gandengan dua
tak pernah membawa yang serupa
seperti tahi yang mengalir ke muara
lebur dalam samudera lalu menjelma
ikan seluang, lundu, baung, dan patin
terdampar di sela batang perdu
menjadi haruan dan papuyu
di pelabuhan itu aku hanya bicara
dengan kata entah siapa yang punya
antara ombak dan tubuh ulinku
sejarah, cerita, dan masa lalu
tubuhku berzikir sepenuh napas
mengingat segala yang lewat
memanggil segala harap
semua bencana dan hikmat
bermacam penyakit dan obat
dalam gelap, dalam ruang pengap
dengan kata tanpa suara
aksara tanpa mata
Prof. Faruk Tripoli adalah pakar di bidang ilmu budaya serta guru besar Universitas Gadjah Mada. Ia merupakan pengajar Fakultas Ilmu Budaya yang secara resmi mendapatkan persetujuan dari Mendiknas sebagai professor pada 1 Juni 2008.
Keterangan: puisi-puisi di atas tidak diberi judul oleh Prof. Faruk Tripoli. BECIK.ID sengaja membiarkan puisi tersebut apa adanya dan berdiri sendiri-sendiri (hanya dipisah garis separator) tanpa mau menggiring pembaca (pada satu titik penafsiran) tersebab adanya judul yang mengganggu.