Serumpun Kisah Utang dan Dua Hikmah Lainnya
Oleh Eko Sam
Ibadah Selfi
“Bapak, saat pergi haji akhir bulan ini (23/05/2023) membawa hape tidak?”
“Tidak, Le. Bapak kuatir yen ibadah hajinya bapak terganggu selfi-selfi.”
“Alhamdulillah, bapak. Saya juga sudah ikhlas jika panjenengan tidak kembali,” timpalku sembari menahan isak.
Busana Mewah
“Sayang, belilah pakaian yang lima ratus atau sejutaan, sesukamu.”
“Nggak, Yah. Aku senang yang seratus ribuan, sudah nyaman.”
Utang Teman Baik
#1
“Pak…,” pesan WA masuk di hape saya.
“Berapa?”
“3jt.”
Seketika bukti transaksi BRImo masuk di hape teman saya, tanpa tanya kapan kembalinya. Kami saling tahu diri.
#2
Minggu pertama. “Aku minta maaf, Pak… Belum bisa mengembalikan utangku yang digunakan untuk membelikan genset di pondok Gus Baha’.”
“Santai, Cak. Santai.”
Minggu kedua, ketiga, keempat dan dan seterusnya sama, hingga telinga saya geli.
“Sudahlah, Cak. Tidak usah dibayar. Cukup kirim doa yang baik buat keluarga kecil saya dan khatamkan satu Qur’an. Mumpung juga kamu sudah hafal.”
“Deal! ☺️☺️☺️”
#3
“Pak, aku butuh dana 5jt.” Pesan WA telah dihapus (tapi sudah saya baca).
“Gimana, Nda?”
“Gak jadi.”
Padahal ini WA pertama kawan saya terkait pinjam dana.
#4
“Pak, Bos. Sejuta ya.”
“Oke.”
“Pak, Bos. Dua juta ya.”
“Oke.”
Dan sering begitu secara periodik. Saya senang bisa berbuat sedikit untuk kawan mulia ini. Benar-benar menyenangkan bisa membatu orang mulia meski cuma meminjami sedikit dana dan pasti dikembalikan dengan segera.
Utang Teman Tidak Baik
#1
“Pak, pinjam (transfer) satu setengah juta. Nanti malam aku ke rumahmu dan aku lunasi. Aku sedang jauh dari ATM.”
Empat tahun kemudian tidak ada kelanjutan dan nomor hapenya sudah tidak masuk list kontak saya.
#2
“Dua juta, Pak.”
“Oke.”
“Sejuta lagi, Pak.”
“Oke.”
Dua tahun kemudian saya berkirim WA ke dia, karena dia sama sekali tidak pernah berkabar apa pun.
Di tahun ketiga, nomornya sudah tidak saya simpan di list kontak tapi masih serumpun dalam WAG alumni. Dan urusan kami belum selesai.
#3
Bertahun-tahun dua keluarga muda tetangga saya pinjam uang, tidak banyak sih, hanya sejuta dan sekira dua juta tapi tidak tahu nasib akhirnya bagaimana.
Ealah… saat Ramadan tetangga muda itu nurunin PCX dan yang satunya lagi nurunin N-Max setelah lebaran.
#4
Lebih dari lima tahun “kawan” ini tidak WA saya. Kemudian tak ada angin tak ada hujan ia berkirim pesan.
“Pak, pinjam dana 20. Kepepet sekali aku, Pak. Segera aku kembalikan.”
Pesan tersebut saya baca saja dan sama seperti di atas; nomornya tidak ada nama di hape.
Dan masih banyak sekali kisah-kisah orang pinjam uang hingga saya enggan menuliskan kisah singkatnya di sini. Mulai dari recehan hingga puluhan.
Lantas, apa saya tidak punya utang? Jelas punya, tapi hanya lewat dua pintu; pintu bank dan orang tua. (*)
EKO SAM, founder becik.id Penulis buku Sabda Malaikat, 2019 dan Ngaji Ngopi: Ngrembuk Lakon Urip — Sebuah Laku Kecil Seorang Santri, 2023